Ketersediaan Pangan di Pekanbaru Masih Mencukupi

Senin, 29 Januari 2024 | 15:30:00 WIB
Kepala Disketapang Pekanbaru, Maisisco meninjau ketersediaan kebutuhan pokok di Pasar Dupa beberapa waktu lalu.

PEKANBARU - Dinas Ketahanan Pangan (Disketapang) Kota Pekanbaru, memastikan kondisi ketahanan pangan di Kota Pekanbaru sejauh ini masih mencukupi. Meskipun kondisi cuaca masih cenderung berubah secara ekstrem, Pekanbaru masih bisa memenuhi angka kebutuhan bahan pangan yang dibutuhkan oleh warganya.

''Sejauh ini, untuk ketersediaan bahan kebutuhan pokok pangan masih cukup baik dan tersedia. Meski pun ada fluktuasi harga, namun, pada umumnya, apa-apa yang menjadi kebutuhan masyarakat masih tersedia dengan baik," kata Kepala Disketapang Kota Pekanbaru Maisisco, Senin (29/1). 

Dia menjelaskan, ketercukupan tersebut bersumber dari dua faktor, yakni produksi lokal maupun didatangkan dari luar kota Pekanbaru.

''Jadi, memang kita ini kan bukan sentra produksi pertanian. Sehingga sebagian besar pangan kita masih didatangkan dari daerah-daerah lain di luar Pekanbaru. Sementara sisanya dipenuhi oleh pertanian lokal," terangnya. 

Untuk hasil produksi lokal, sebut Maisisco, persentasenya berkisar 20 hingga 25 persen dari total kebutuhan. Dan sejauh ini, aktivitas penyediaan kebutuhan pangan tersebut masih cukup baik.

Begitu pun untuk bahan pangan yang didatangkan dari luar daerah, sejauh ini juga pasokannya lancar dan tidak menimbulkan gejolak ketersediaan di Pekanbaru.

''Ya, kita paham, perubahan cuaca secara ekstrem pasti membawa dampak signifikan terhadap sektor-sektor produksi, seperti halnya pertanian. Namun, sejauh yang kita pantau secara harian di Kota Pekanbaru, kondisinya masih aman, belum ada laporan kelangkaan maupun fluktuasi harga,'' jelas Maisisco.

Situasi ini juga tidak terlepas dari upaya koordinasi dan sinergi yang terus dilakukan dalam upaya tetap memastikan ketersediaan bahan pangan di Kota Pekanbaru.

''Seperti halnya cabai, bawang, kita kan memang mengandalkan pasokan dari luar daerah seperti Sumbar, Sumut, Aceh, bahkan kabupaten dan kota di luar Pekanbaru, seperti Kota Dumai,'' ujarnya. 

''Begitu terjadi kenaikan harga seperti yang terjadi periode akhir 2023 lalu, kita langsung berkoordinasi dengan daerah-daerah penghasil itu. Kebetulan memang kita ada kesepakatan, sehingga, suplai tidak sampai putus, atau harga tidak sampai melonjak terlalu lama.Untuk cabai, misalnya, begitu harga di Pekanbaru naik, kita langsung melakukan pengecekan ke sentra produksi terkait penyebab kenaikan dan produksi. Kalau kendalanya adalah produksi, maka kita mencari ke daerah-daerah lain di sekitar,'' tambahnya. 

Karena itulah, ketika harga cabai melonjak kala itu, pihaknya melalui Gerakan Pangan Murah (GPM) bisa mengintervensi pasar dengan mendatangkan cabai dari daerah lain. Begitu pun inti dari pelaksanaan GPM bukan untuk menekan harga dari petani secara semena-mena. 

''Intervensi terhadap harga melalui GPM yang dilakukan ini, lebih kepada upaya menciptakan titik keseimbangan, sehingga tetap mampu mempertahankan stabilitas harga yang bisa memicu terjadinya inflasi. Kita juga tak ingin karena kebijakan kita petani merugi. Karena itulah, peran Dinas Ketahanan Pangan adalah untuk menciptakan situasi pasar yang kondusif, warga tetap bisa membeli, petani tetap mendapatkan untung,'' ungkapnya. 

Langkah-langkah yang sama juga dilakukan untuk komoditas lainnya  seperti beras, gula, minyak goreng.

''Untuk beras kita berkoordinasi bersama bulog. Untuk gula dan minyak goreng, kita berkoordinasi dengan distributor. Alhamdulillah, sejauh ini, meskipun terjadi perubahan cuaca ekstrem yang menyebabkan banjir di beberapa daerah sentra produksi, maupun di Provinsi Riau, namun harga masih tetap terjaga stabilitasnya,'' pungkasnya.***

Terkini